Derita Sebagai Pion Tuhan

“Hidup adalah penderitaan dan manusia tidak bisa bebas dari padanya. Kita hidup dan menerima itu sebagai suatu keharusan. Tapi, bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha terhadap penghapusan kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis. Memang kita sadar akan kesia-siaan itu. Kita tahu akan absurd-nya. Dan itu-lah hidup. Stand like a hero,and die bravely.”
Dikutip dari Buku karya Soe Hok Gie, Catatan Harian Seorang Demonstran


Yah,tragis betul hidup kita bukan? Sudah hidup menderita sebagai pion Tuhan. Ditambah harus menanggung derita akibat keserakahan ulah sesamanya (dalam hal ini korupsi, kolusi nepotisme dst).

Berbagai peran ditunjukkan manusianya untuk menarik perhatian sesamanya. Rupanya perut kenyang saja belum cukup membuat hati jadi senang. Ada ambisi lain dibaliknya.

Melihat serangkaian peristiwa yang terjadi belakangan ini. Seperti tragedi Sarinah misalnya. Saya ragu jika bukan ideologi Agama sebetulnya yang menjadi permasalahannya. Apalagi jika bukan uang. Ujung-ujungnya pasti uang.

Sampai kapanpun uang akan selalu dan seterusnya menjadi bagian dari hidup kita. Mau tidak mau lho, ya.

Kelak, ketika mati pun kita masih membutuhkan uang. Yah, jelas uang itu nantinya akan digunakan untuk membeli beberapa meter tanah sebagai tempat tidur terakhir para manusianya. Lha, wong mati aja harus bayar je. Ini matinya di tanah airnya sendiri lho boss, bukan di tanahnya orang lain.

“Biarpun begitu, aku tetap cinta negeriku.”

 Ah, itu mah ungkapan orang-orang nasionalis yang tidak peka dengan sisi humanisnya. Lebih mencintai sebuah negeri yang cuma terdiri dari gugusan pulau dan batuan sedimen, kapur apalah itu ketimbang manusianya itu sendiri.

Mana yang lebih hina, orang yang membunuh saudara setanah airnya demi utuhnya sebuah negara atau orang yang melacur demi kemaslahatan keluarganya.

Dua-duanya sama-sama hina. Hanya saja pada level yang berbeda hehehe.

Sudahlah kenyataan hidup sudah terlanjur begini. Yang lebih luhur adalah mencoba merealisasikan ide-ide kemanusiaan yang belum sempat terlaksana.

Tamatlah kita kalau teknologi saja jauh lebih pintar daripada moral manusianya.

Suatu hari revolusi akan terpenuhi. Masih jauh memang. Tapi, pasti bisa. Entah kapan.

Pertama kali dimuat di www.beringinrimbun.blogspot.co.id

Popular posts from this blog

SAMSUNG GALAXY S6 KENA PALU

Nasib Uang Recehku

Kalijodo Di atas Tanah Negara