Mereka Diam Cari Aman





Disebutnya "Apatis" orang-orang yang tinggal di daerah Pajangkelu, daerah yang dulunya banyak melahirkan para pejuang kemerdekaan. Sampai saat ini pun masih banyak peninggalan dan jejak-jejak sejarah yang masih bisa ditemui di sekitar kawasan itu. "Orang-orang disini sekarang sukanya rusuh, mas. Sangat kontras dengan kehidupan di jaman perang dulu. Orang-orangnya sekarang lebih individualistik rasa kebersamaannya kurang," kata seorang pemuda setempat.

Sebuah wawancara, Koran LintasGenerasi, 13 November 2015



***


Itu cerita dulu. Sekarang, daerah itu sudah menjadi basis perjuangan Partai Mahindra yang memperjuangkan segala kepentingan dan hak-hak rakyat. Berkat perjuangan para kadernya, hidup sekarang jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan era-era sebelumnya. 


Hal ini tidak terlepas karena banyak kader partai yang  menduduki posisi-posisi penting dalam kursi pemerintahan. 



Jauh sebelum Partai Mahindra sebesar sekarang. Ada sebuah cerita yang menyebutkan jika dulu ada seorang pemuda dari Pajangkelu yang mempunyai pandangan dan idealisme untuk mensejahterakan semua rakyat di negeri ini. Perjuangannya inilah yang kelak akan melahirkan Partai Mahindra seperti yang kita kenal sekarang.

Sama seperti perjuangan-perjuangan pada umumnya. Awalnya pasti banyak orang yang masih merasa skeptis dan pesimis.Tapi dengan tekad dan niat yang besar untuk membangun negaranya, pemuda ini mau berdarah-darah demi kelangsungan hidup saudara-saudaranya di masa depan.


Perjalanan pemuda ini untuk memperjuangkan hak-hak rakyat juga tidak mudah. Sepanjang perjalanannya mengumpulkan massa, tidak jarang pemuda ini mendapatkan penolakan dan perlawanan dari berbagai macam golongan masyarakat. Meski kelihatannya banyak yang kontra, tapi sebetulnya banyak yang mendukung apa yang sedang diperjuangkan oleh pemuda ini. Hanya saja kebanyakan dari mereka lebih memilih diam untuk cari aman. 


Tindakan kontroversialnya yang paling terkenal adalah ketika dia rela dibully karena salah menyanyikan sebuah lagu nasionalis ketika berada disebuah acara amal. Tujuan mulia terselubung yang pada akhirnya memicu reaksi masyarakat membetulkan lirik yang salah itu.

"Bukannya satu tapi bersatu, woii"


Ide yang cukup brilian. Berkat pemuda itu, kini banyak masyarakat yang hafal lagu "Bersatu" dan berkat kejadian itu akhirnya semua masyarakat Indonesia mau bersatu, berjalan beriringan untuk bersama-sama mengubah sistem yang gagal ketika itu. 


Benar-benar perjuangan yang sangat panjang. Tidak salah jika orang jaman dulu menyebut Pajangkelu sebagai tempatnya para pejuang.



Terima kasih untuk perjuanganmu selama ini Lim.


 Memperingati hari ulang tahun Soe Hok Gie yang jatuh pada tanggal 17 Desember 2015









Popular posts from this blog

SAMSUNG GALAXY S6 KENA PALU

Nasib Uang Recehku

Kalijodo Di atas Tanah Negara