Pait Ketirnya Kehidupan Anak Kos

Yang penting murah dan bikin kenyang. Prinsip hidup yang selalu saya pegang teguh selama menjadi anak kosan. 

Hari ini ceritanya secara tidak resmi, saya menobatkan diri saya sendiri menjadi senior men- nya anak kosan diantara temen-temen saya yang notabene ngekosnya masih terbilang baru seumur jagung. 

Enam tahun itu bukan waktu yang sebentar lho untuk menjadi anak kosan. Selama periode itu, saya hampir merasakan semua pait ketirnya kehidupan menjadi  anak kosan. Mulai dari nahan laper dua hari dua malem gara-gara orangtua telat kirim uang makan, dapet ibu kos yang juteknya minta ampun gara-gara saya pernah nunggak uang kosan sampai dua bulan lamanya(jelas aja jutek :D), sulitnya cari tebengan buat ke kampus tiap kali tanggal tua gara-gara tank bensin di motor yang kering kerontang, motor sering mogok gara-gara gak pernah diservice karena uang service-nya malah dipakai buat beli makanan dan masih banyak cerita konyol lainnya yang gak mungkin saya sebutkan satu-satu disini.

Layaknya kehidupan anak jalanan, anak kosan itu pantang dikasihani. Kehidupan kami yang keras nggak langsung membuat kami jadi lemah seperti kalian “anak rumahan”. Peace ... Peace saya Cuma bercanda hehe.

Anak kosan dan anak rumahan itu kayak ikan hiu sama ikan remora. Artinya diantara anak kosan dan anak rumahan sebenarnya keduanya itu saling membutuhkan satu sama lain. Orang pada umumnya sering menyebutnya simbiosis mutualisme.

Pernah suatu waktu ada temen yang nginep di kos saya selama dua hari. Waktu saya tanya masalahnya, dia berkilah kalo dia sebenernya lagi marahan sama ibunya. Saya juga sempet kaget waktu denger ceritanya karena menurut saya masalahnya sangatlah sepele. Kalo saya boleh bilang, waktu itu sebenarnya saya juga agak keberatan sama keputusannya untuk nginep di kosan saya. Bukannya saya tidak mau berbagi, saya orangnya berbagi sekali. Masalahnya temen saya yang ini orangnya anarki sekali kalo sudah tidur. Kaki sama tangannya suka kemana-mana. Untungnya selama dua hari dia menginap, dia mengakomodir semua kebutuhan makan saya. Jadi, baik saya maupun dia sama-sama tidak ada yang dirugikan. Hehehe mutualisme sekali bukan?

Trus saat ini, saya berencana mau cari tempat kosan yang baru. Karena menurut saya, kosan saya yang sekarang punya manajemen yang buruk sekali. Sangat buruk. Mulai dari penyaringan di kamar mandi yang tidak berfungsi, pintu kamar mandi yang rusak dan kondisi genteng kamar yang jebol. Padahal harga yang dipatok untuk kosan saya juga terbilang mahal nominalnya sebesar Rp.350.000. 

Oke deh, segitu dulu curhat manisnya. untuk menutup tulisan saya kali ini. Saya akan mengutip tulisan dari Mas Pandji yang merefleksikan kehidupan saya banget.

Bagi gue, ga ada keris yang ga ditempa.
Kalau mau bikin Keris, harus ditempa.
Kita, umat manusia adalah kerisnya.
Kita adalah besi yang ditempa.



Comments

Popular posts from this blog

SAMSUNG GALAXY S6 KENA PALU

Nasib Uang Recehku

True Friends